CONTOH LATAR BELAKANG SKRIPSI YANG BENAR
Contoh Lengkap Latar Belakang Skripsi - Latar belakang skripsi adalah dasar atau titik tolak untuk memberikan pemahaman kepada pembaca atau pendengar mengenai apa yang ingin kita sampaikan pada skripsi yang akan kita tulis. Latar belakang sangatlah penting untuk mendukung suatu skripsi, karena merupakan bagian dari pendahuluan sebuah skripsi. Latar belakang skripsi biasanya disertai penjelasan singkat apa yang akan dibahas pada skripsi tersebut. Biasanya memberikan sedikit data atau fakta untuk mendukung suatu skripsi. Penulisan dalam hal ini ditekankan harus jelas agar memudahkan pembaca memahami isi dari latar belakang skripsi tersebut. Sekali lagi ditekankan pilihlah kata-kata atau kalimat yang bisa merangkum maksud, tujuan, pembahasan skripsi tersebut pada saat anda menulis latar belakangnya.
Beberapa hal yang dibahas dalam latar belakang skripsi yaitu :
1. Fenomena/Kabar Terbaru
Mengemukakan berbagai keadaan di masyarakat atau di kalangan tertentu yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti. Misalnya berbagai kebijakan pemerintah, masalah pendidikan, kenakalan remaja, prestasi siswa dll
2. Kondisi Ideal Didukung Teori-teori Terbaru
Mengemukakan kondisi yang diharapkan oleh siswa, masyarakat atau pemerintah didukung oleh pemaparan berbagai kajian teori yang merujuk kondisi yang diinginkan atau kondisi yang seharusnya.
3. Kondisi Empiris
Mengemukakan kondisi yang terjadi terhadap obyek yang akan di teliti disertai berbagai bukti yang mendukung terhadap pengungkapan kondisi tersebut.
4.Penemuan Masalah
Berdasarkan pengungkapan kondisi ideal dan kondisi empiris (No. 2 dan No. 3) di atas maka akan muncul ketimpangan antara keduanya yang kemudian akan di analisis dan di teliti.
5. Alasan Penelitian
Pada bagian akhir penulisan Latar Belakang kemukakan pentingnya penulisan dan pentingnya pemilihan permasalahan yang di teliti serta.
Untuk lebih jelasnya silahkan kalian lihat contoh latar belakang skripsi di bawah ini :
Contoh Latar Belakang Skripsi
PENGARUH KEMANDIRIAN DAN GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut dapat dilihat pada prestasi belajar siswa.
Selama ini pencapaian prestasi belajar khususnya di bidang matematika mengalami penurunan. Setidaknya tercermin hasil tes dari Trends in Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti siswa kelas VIII Indonesia tahun 2011. Penilaian yang dilakukan International Association for the Evaluation of
Educational Achievement Study Center Boston College tersebut, diikuti 600.000 siswa dari 63 negara. Untuk bidang matematika, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42 negara yang siswanya di tes. Skor Indonesia ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Menurut Wono Setyabudhi, “Pembelajaran matematika di Indonesia memang masih menekankan menghafal rumus-rumus dan menghitung. Bahkan, guru pun otoriter dengan keyakinannya pada rumus-rumus atau pengetahuan matematika yang sudah ada” (Kompas, 14/12/12).
Menurut Mendikbud Mohammad Nuh, Ujian Nasional (UN) sekolah menengah pertama (SMP) tahun 2011/2012 yang diikuti 3.697.865 siswa, yang tidak lulus berjumlah 666 siswa. Ketidaklulusan terbesar ada di mata pelajaran matematika (229 siswa), Bahasa Inggris (191 siswa), Bahasa Indonesia (143 siswa), dan Ilmu Pendidikan Alam (103 siswa). Membuktikan bahwa matematika dianggap sebagai sesuatu yang sangat menakutkan bagi siswa-siswa Indonesia.
Melihat jumlah siswa SMP yang tidak lulus UN pada mata pelajaran matematika, prestasi belajar matematika siswa ditentukan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah faktor dalam diri siswa yaitu kemandirian dalam belajar.
Kemandirian belajar merupakan tuntutan utama siswa dalam belajar supaya siswa dapat menyelesaikan tugas, percaya dengan kemampuan sendiri, dan tidak bergantung pada orang lain. Menurut Sumarmo (2010) bahwa karakteristik yang termuat pada kemandirian belajar, adalah (1) Individu merancang belajarnya sendiri sesuai dengan keperluan atau tujuan individu yang bersangkutan, (2) Individu memilih strategi dan melaksanakan rancangan belajarnya, (3) Individu memantau kemajuan belajarnya sendiri, mengevaluasi hasil belajarnya dan dibandingkan dengan standar tertentu,
Karakteristik tersebut menggambarkan keadaan personaliti individu yang tinggi dan memuat proses metakognitif dimana individu secara sadar merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi belajarnya dan dirinya sendiri secara cermat. Kebiasaan kegiatan belajar seperti diatas secara kumulatif akan menumbuhkan disposisi belajar atau keinginan yang kuat dalam belajar pada individu yang bersangkutan. Pada perkembangan selanjutnya, pemilikan disposisi belajar yang tinggi pada individu, akan membentuk individu yang tangguh, ulet, bertanggung jawab, memiliki motif berprestasi yang tinggi, serta membantu individu mencapai hasil terbaiknya. Selain itu, gaya belajar juga berpengaruh pada belajar siswa.
Gaya belajar adalah cara belajar siswa yang lebih disukai. Gunawan (2003: 139) menyatakan bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka. Menurut DePorter, dkk (2010: 213) gaya belajar dibedakan menjadi gaya belajar bertipe visual, tipe auditori, dan tipe kinestetik.
Menurut DePorter orang-orang bertipe visual memiliki ciri-ciri sebagai berikut (1) rapi dan teratur, (2) teliti terhadap detail, (3) mengingat apa yang dilihat dari pada apa yang didengar, (4) mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal, (5) biasanya tidak terganggu oleh keributan, dan (6) mengingat dengan asosiasi visual. Orang-orang bertipe auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut (1) mudah terganggu oleh keributan, (2) senang membaca dengan keras dan mendengarkan, (3) suka berbicara, suka berdiskusi, (4) menggerakkan bibir saat membaca, dan (5) belajar dengan mendengar dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat. Orang-orang bertipe kinestetik memiliki ciri-ciri sebagai berikut (1) selalu berorientasi pada fisik dan banyak gerak, (2) ingin melakukan segala sesuatu, (3) belajar melalui memanipulasi dan praktik, dan (4) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca.
Berdasarkan tipe-tipe gaya belajar tersebut, hampir setiap siswa belum mengenali tipe gaya belajar yang dimilikinya, sehingga prestasi belajar siswa belum optimal. Selain itu guru juga belum mengetahui gaya belajar yang dimiliki siswa, guru masih menggunakan gaya belajar yang diketahuinya.
Bertolak dari uraian di atas, kemandirian dan gaya belajar siswa memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Sesuai pendapat Haryanti (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika. Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dikatakan bahwa semakin baik gaya.
belajar akan semakin tinggi prestasi belajar matematika. Sebaliknya semakin rendah gaya belajar, maka semakin rendah pula prestasi belajar matematika.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji (1) pengaruh kemandirian terhadap prestasi belajar matematika, (2) pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika, dan (3) ada tidaknya pengaruh bersama antara kemandirian dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika.